Kamis, 23 Mei 2013

DOA-DOA SEDERHANA YANG TERJAWAB SECARA TAK TERDUGA


Selamat malam ... Berkah Dalem Gusti ...

Sebenarnya untuk pengantar tulisan ini, aku ingin membahas tentang Ekaristi. Namun, aku bukan seorang rohaniwati atau katekis. Aku juga tak pernah belajar mendalami ilmu Teologi secara khusus. Aku sudah mencoba menyusun kalimat, tapi rasanya kurang mantap dan mendalam. Jadi, daripada banyak kesalahan lebih baik tidak kutuliskan saja. Di sini aku hanya akan berbagi beberapa pengalaman pribadi saat mengikuti Ekaristi.


(c) Shutterstock.com


PENGALAMAN 1 :
Sore itu hujan turun dengan sangat deras mengiringi perjalananku menuju gereja untuk mengikuti Misa Jumat Pertama. Sesampainya di gereja pun hujan masih belum berhenti. Karena sebagian pakaianku basah aku merasa kedinginan.

Seperti biasanya, bangku-bangku masih banyak yang kosong karena umat yang mengikuti Misa Jumat Pertama tidak sebanyak Misa Mingguan. Aku celingak-celinguk memilih tempat duduk dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk di sebuah bangku kosong di bagian tengah gereja. Di bangku sepanjang sekitar 2,5 meter itu aku duduk seorang diri.

Misa pun dimulai. Di luar hujan masih terus mengguyur. Udara semakin rendah suhunya. Hal yang kukhawatirkan pun terjadi. Alergi dinginku kambuh! Haduuhh... lagi-lagi aku harus mengikuti misa dengan hidung tersumbat, bersin-bersin, dan pilek. Sungguh kondisi yang sangat tidak kondusif. Aku merasa sangat tidak nyaman. Akibatnya, aku tidak berkonsentrasi mengikuti misa.

Sambil sayup-sayup mendengar suara romo yang memimpin misa, aku memutuskan untuk berdoa dalam hati, “Tuhan, aku kedinginan. Tolong berikan kehangatan dan sembuhkan alergi dinginku”. Beberapa detik kemudian tiba-tiba ada serombongan umat datang terlambat. Mungkin sekitar 4 – 5 orang. Mereka datang tergopoh-gopoh lalu duduk di sampingku sehingga bangku itu menjadi penuh. Tiba-tiba aku merasakan suhu di sekitarku menjadi hangat karena suhu tubuh beberapa orang tersebut. Yang membahagiakan adalah seiring dengan kenaikan suhu di sekitarku alergiku perlahan mulai sembuh. Dan benar, tak lama setelah kejadian itu alergiku sembuh. Aku bisa bernapas lega, tidak pilek lagi, dan bisa mengikuti misa dengan khidmat sampai selesai. ^_^

Terima kasih, Tuhan ... jawaban doa yang Kau berikan sungguh tak terduga ...


PENGALAMAN 2 :
Pada musim hujan hampir setiap sore hujan deras mengguyur daerah tempat tinggalku. Hal tersebut juga terjadi pada sore saat Misa Jumat Pertama akan diadakan. Singkat cerita, lagi-lagi aku kehujanan saat berangkat ke gereja dan hujan terus mengguyur saat misa berlangsung.

Kisah berikutnya pun hampir sama. Aku duduk di bangku kosong sendirian. Cerobohnya, aku duduk tepat di bawah kipas angin yang dihidupkan. Pada saat misa dimulai aku merasa baik-baik saja. Dalam hati aku berharap alergiku tidak kambuh. Namun, ternyata harapanku meleset. Semakin lama duduk di situ aku semakin kedinginan dan gejala alergiku mulai muncul. Aku berniat untuk pindah tempat duduk, tapi aku urungkan niatku karena sungkan. Ingin mematikan kipas angin sungkan juga karena tombol pengontrolnya jauh dari tempat dudukku. Lalu aku menjalankan strategi ampuhku : berdoa. Dalam hati aku mulai berdoa, “Tuhan, sembuhkanlah alergi dinginku”. Aku berharap jawaban doa ajaib seperti yang terjadi dalam misa sebelumnya kembali terjadi.

Aku menunggu reaksi Tuhan. Satu menit. Belum ada reaksi. Aku masih pilek. Tidak ada orang yang datang untuk duduk di sampingku. Dua menit. Belum ada reaksi. Justru aku semakin pilek. Tiga menit ... empat menit ... lima menit ... sampai belasan menit. Tetap tidak ada reaksi. Aku semakin tersiksa dengan kondisiku. Aduh Tuhan, kenapa Kau tidak menjawab doaku? Lalu kuulangi lagi doaku,“Tuhan, sembuhkanlah alergi dinginku”.

Tibalah saat untuk menerima Komuni. Aku maju menyambut hosti lalu kembali ke tempat dudukku dan berdoa sebentar. Kemudian saat kubuka mataku aku melihat seorang umat yang duduk di bangku yang jauh dari bangkuku, berdiri dan berjalan ke arah tombol pengontrol kipas angin. Orang itu memutarnya dan ... tadaaa! Kipas angin yang berada di langit-langit tepat di atas tempat dudukku berhenti berputar. Udara terasa semakin hangat. Alergiku pun sembuh. v(^.^)
Aku tidak mengenal orang itu dan aku tidak berbicara padanya. Mungkin Tuhan yang menggerakkanya untuk mematikan kipas angin itu.

Terima kasih, Tuhan ... jawaban doa yang Kau berikan sungguh tak terduga ...


PENGALAMAN 3 :
Aku mengidap penyakit maag kronis sejak beberapa tahun yang lalu. Apabila kambuh, aku sering merasakan perih di lambungku, sakit seperti ditusuk-tusuk, nyeri di dada kiri, bahkan sampai sesak napas. Aku sudah menjalani berbagai pengobatan di beberapa tempat, mulai dari praktek dokter umum, rumah sakit, praktek dokter spesialis, sampai pengobatan alternatif. Namun, maag-ku masih sering kambuh. Pengobatan terakhir aku jalani Oktober 2012 lalu. Saat itu aku berobat di sebuah tempat pengobatan alternatif yang berbeda dari tempat pengobatan alternatif sebelumnya. Setelah 80 hari mengkonsumsi 1440 pil herbal pahit dan menghindari 23 jenis makanan dan minuman aku merasa jauh lebih baik.

Pada minggu-minggu pertama setelah sembuh, aku merasa sangat nyaman. Aku sangat disiplin menjalankan diet dan maag-ku tidak pernah kambuh lagi setelah itu. Namun, aku adalah manusia biasa. Ketika perutku benar-benar nyaman aku mulai tergoda untuk sedikit tidak disiplin terhadap dietku. Dan yang mula-mula sedikit ini lama-lama jadi kebiasaan. Aku tidak disiplin lagi. Alhasil, maag-ku kambuh lagi.

Biasanya apabila kambuh rasa sakit ada di perut sebelah kiri karena lambung letaknya di sebelah kiri. Anehnya, saat itu rasa sakit seperti tertusuk-tusuk berada di sebelah kanan. Aku berpikir jangan-jangan ususku kena radang. Aku tidak suka minum obat. Jadi, aku biarkan saja rasa sakitku itu. Bandel ya? Selama dua hari rasa sakit itu muncul dan menghilang. Aku jadi semakin cemas.

Hari itu Sabtu sore. Aku mengikuti Misa Mingguan di gereja. Rasa sakit di perutku terus muncul dan menghilang. Aku harus berdoa, pikirku. Sebelum menerima Komuni, aku berdoa, “Tuhan, sembuhkanlah sakit perutku”. Aku terus mengulangi doa ini berkali-kali. Hatiku benar-benar kumantapkan bahwa setelah menerima hosti aku akan sembuh. Kuyakinkan diriku sendiri bahwa Yesus adalah dokter di atas segala dokter dan hosti yang adalah tubuhNya adalah obat yang menyembuhkan. Sambil berjalan menyambut hosti aku terus mendaraskan doaku.

Setelah menerima hosti aku hanya terdiam. Entah mengapa aku tidak bisa mengucapkan doa apapun. Kunikmati saja hosti yang berjalan menyusuri saluran cernaku. Hangat dan damai. Tiba-tiba kurasakan ada perubahan dalam tubuhku. Rasa sakit di perutku hilang! Ya, sakit perutku sembuh. Aku sangat mengucap syukur karenanya. Tuhan benar-benar dokter yang paling ajaib. Sejak itu aku berusaha untuk tidak mengulangi kecerobohanku lagi, berhati-hati memilih makanan dan minuman.

Terima kasih, Tuhan ... jawaban doa yang Kau berikan sungguh tak terduga ...


Nah, itulah beberapa pengalaman pribadiku tentang doa-doa yang langsung dijawab Tuhan saat Ekaristi berlangsung. Tuhan selalu menyertai kita dan tidak pernah mengabaikan doa-doa kita. GBU :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar