Rabu, 02 November 2011

INDEKS PRESTASI KUMULATIF

Saat itu aku sudah begitu jenuh dengan skripsiku. Berkali-kali aku jatuh bangun menyusun skripsi tapi semua selalu gagal di tengah jalan gara-gara dosen pembimbingku yang perfeksionis. Akhirnya aku nekad mengambil sebuah judul dan mempertahankan pendirianku tentang skripsi yang aku susun tersebut. Tak peduli dosenku berkata apa, aku tetap maju terus memperjuangkannya dan mencari alasan supaya pendapatku bisa diterima. Sambil terus berjuang aku berserah pada Tuhan. Setiap saat aku berdoa demi kelancaran skripsiku.
Saat seminar proposal penelitian aku bisa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para dosen dan mahasiswa yang hadir dengan baik. Aku berharap dan berdoa agar mendapat nilai A (4). Tetapi, ternyata dugaanku meleset. Aku “hanya” memperoleh nilai B (3). Aku menjadi kecewa dan bersungut-sungut pada Tuhan karena Dia tidak menjawab doaku. Seiring berjalannya waktu aku menepis kekecewaanku dan terus melangkah menuju penelitian. Aku pun semakin giat dalam doaku agar memperoleh nilai skripsi A.
Dalam proses penelitian aku kembali menemui kendala. Salah satu unsur vital dalam penelitianku, yaitu mengukur aktivitas suatu enzim, tidak bisa dilaksanakan. Sebelum penelitian aku sudah mengadakan survei dan memperoleh kepastian tentang sebuah laboratorium yang memiliki alat dan reagen pengukur aktivitas enzim tersebut. Namun, saat penelitian berjalan pihak laboratorium tersebut menyatakan tidak bisa membantuku karena mereka tidak memiliki reagen yang dibutuhkan. Aku pun berkeliling dari laboratorium satu ke laboratorium yang lain. Akan tetapi, hasilnya nol. Aku tidak menemukan satu laboratorium pun yang bisa membantuku.
Aku melaporkan hal ini pada dosen pembimbingku. Beliau menanggapi dengan perkataan enteng, “Kalau begitu hapus saja bagian yang membahas enzim itu dan sebagai konsekuensinya nilai skripsimu tidak bisa A.” Aduuuuuhhhh...cobaan apa lagi ini? Nilai seminarku tidak A, masa nilai skripsiku juga tidak bisa A? Aku sangat kecewa pada Tuhan. Lagi-lagi doaku tidak dijawab! Akan tetapi, keadaan itu tidak membuatku menyerah. Aku terus berusaha sampai akhirnya aku lulus dengan nilai skripsi B. Hatiku benar-benar tidak puas, tetapi mau bagaimana lagi. Mungkin ini sudah kehendak Tuhan.
Keajaiban terjadi saat yudisium tiba. Mataku terbelalak tidak percaya saat melihat KHS (Kartu Hasil Studi). Di sana tertulis IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,xx. Tepat seperti yang kudoakan jauh-jauh hari sebelum aku menyusun skripsi! Saat itu mataku menjadi terbuka. Aku melihat berkat Tuhan yang luar biasa. Aku jadi tahu mengapa Tuhan “hanya” memberikanku nilai seminar B, mengapa Tuhan menggagalkan sebagian rencana penelitianku sehingga nilai skripsiku juga “hanya” B. Ternyata setelah semua nilai dari semester I sampai dengan semester terakhir, nilai seminar dan skripsi dijumlah, kemudian hasilnya dibagi jumlah seluruh SKS (Satuan Kredit Semester) yang kutempuh diperoleh angka 3,xx. Ternyata semua dilakukanNya untuk menjawab doaku yang meminta nilai 3,xx pada hasil akhir studi. Bahkan, bukan hanya itu. Tuhan memberiku bonus. Di antara 7 orang dari satu jurusan yang diwisuda pada hari yang sama, nilaiku menjadi yang tertinggi! Puji Tuhan! Sungguh Tuhan luar biasa! Caranya menjawab doaku sungguh tak terduga. Aku sangat bersyukur atas semuanya ini :)

KISAH PENJUAL TEMPE

Aku mendengar kisah ini dari homili Romo Supri di suatu Misa Minggu pagi beberapa bulan yang lalu. Kisah ini benar-benar menyentuh hatiku dan selalu terekam dalam ingatanku. Kisahnya adalah seperti berikut ini.

Alkisah ada seorang nenek tua yang tinggal sebatang kara di sebuah dusun terpencil. Untuk menyambung hidup, nenek ini bekerja sebagai penjual tempe. Ia biasa menjual dagangannya di sebuah pasar kecil dekat dusunnya. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang di daerah itu, pasar hanya dibuka 5 hari sekali yaitu pada hari pasaran tertentu menurut kalender Jawa.
Seperti biasa nenek itu membuat adonan tempe dari kedelai dan dibungkusnya dengan daun pisang. Namun, suatu malam peristiwa tak lazim dialaminya. Entah mengapa adonan tersebut belum berubah menjadi tempe padahal proses dan waktu pembuatan tempe sudah sesuai prosedur seperti biasa. Nenek itu sangat gugup karena besok pagi adalah hari pasaran di mana pasar hanya buka di hari itu. Kemudian nenek itu berdoa agar adonannya berubah menjadi tempe. Selesai berdoa sang nenek menengok adonan tempenya. Ternyata masih berupa kedelai. Nenek itu pun berdoa lagi lebih sungguh-sungguh dari sebelumnya. Ketika selesai berdoa dilihatnya lagi adonannya, ternyata masih belum jadi. Nenek itu berdoa lagi, melihat adonannya lagi, berdoa lagi, melihat adonannya lagi, dan seterusnya. Akan tetapi, kedelai-kedelai itu tak kunjung menjadi tempe juga. Akhirnya sang nenek lelah dan pergi tidur dengan gelisah. Dia berharap ada sebuah keajaiban terjadi selama dia tidur.
Keesokan harinya saat terbangun dari tidurnya nenek itu bergegas melihat adonan tempe yang dibuatnya. Hatinya berdebar-debar, tapi ternyata kedelai-kedelai itu belum menjadi tempe juga. Dia mulai mengeluh pada Tuhan, “Ya Tuhan, aku mohon ubahlah kedelai-kedelai ini menjadi tempe. Aku hanya memiliki satu hari ini untuk berjualan karena pasar hanya buka hari ini. Kalau hari ini aku tidak bisa menjual tempe-tempeku, aku tidak mendapat uang. Lalu untuk 5 hari ke depan aku akan makan apa? Untuk itu tolonglah, Tuhan, ubahlah kedelai-kedelai ini menjadi tempe agar aku bisa menjualnya.” Setelah itu dia bersiap-siap untuk pergi ke pasar.
Dalam perjalanan ke pasar si nenek tak henti-hentinya berdoa. Sesampainya di pasar dia duduk dan meletakkan keranjang dagangannya di tempat biasa, tetapi tidak berani menggelar dagangannya karena tempenya belum jadi. Hari pun mulai siang dan pasar hampir tutup, namun nenek itu hanya duduk, gelisah, dan tetap tidak berani mengeluarkan dagangannya. Tiba-tiba seorang ibu muda mendatanginya. Katanya, “Nek, apakah nenek menjual tempe yang belum jadi? Besok saya mau ke kota dan membawa tempe sebagai oleh-oleh. Tetapi, saya sudah berkeliling ke seluruh penjuru pasar ini dan tidak ada yang menjual tempe yang belum jadi.” Jantung sang nenek pun berdebar-debar. Dia mengubah doa dalam hatinya, “Tuhan, tolong jangan ubah adonan ini menjadi tempe.” Kemudian nenek itu membuka keranjangnya dengan tangan gemetar. Dan benar! Semua adonannya belum menjadi tempe! Ibu muda itu lantas memborong semua dagangan sang nenek. Nenek itu pun bersyukur tiada habis-habisnya. Sekarang dagangannya habis dan dia memiliki cukup uang untuk bertahan hidup beberapa hari ke depan.

Pesan yang hendak disampaikan dalam kisah ini adalah Tuhan selalu menjawab doa-doa umatNya walau kadang harus melalui proses yang tidak menyenangkan. Tuhan punya caraNya sendiri untuk menjawab doa kita. Manusia dengan segala keterbatasannya kadang tidak bisa memahami caraNya yang ajaib itu. Tetapi, kita harus percaya sepenuhnya bahwa rencana Tuhan selalu yang terbaik untuk kita dan indah pada waktunya. :)

CERITA YANG TERULANG

Seperti biasa setiap hari Minggu pagi aku selalu pergi ke gereja untuk mengikuti Misa Kudus. Pada suatu hari Minggu aku mendengar homili dari Romo yang menceritakan pengalaman pribadinya tentang kasih saudara seiman. Kurang lebih seperti ini cerita beliau.
Suatu hari Romo pergi makan siang di suatu restoran. Karena meja-meja di sana penuh, maka Romo duduk semeja dengan beberapa orang yang tampaknya seperti sebuah keluarga. Sambil menunggu penyajian makanan yang dipesan, Romo pun berbincang-bincang dengan beberapa orang yang ada di hadapannya itu. Dari pembicaraan tersebut diketahui bahwa beberapa orang tersebut memeluk agama Katolik. Mereka pun berkenalan. Pembicaraan menjadi semakin dalam dan hangat.
Ketika makanan telah tersaji mereka pun menghentikan pembicaraan dan segera menyantap makanan masing-masing. Keluarga itu selesai lebih dulu dan mereka mohon pamit pada Romo. Setelah Romo selesai makan beliau menuju meja kasir untuk membayar makanannya. Namun, ketika hendak membayar kasir itu mengatakan bahwa makanan yang dimakan Romo sudah dibayar oleh orang-orang yang semeja dengan Romo tadi. Romo begitu bersyukur, tapi sayang tidak bisa mengucapkan terima kasih pada orang-orang tersebut karena mereka sudah meninggalkan restoran lebih dulu.
Aku mendengarkan baik-baik kisah Romo itu dan selalu terngiang-ngiang. Dalam hatiku muncul sebersit keraguan. Apakah mungkin saudara seiman cenderung berbuat baik padahal belum saling mengenal? Mungkinkah kisah Romo itu dapat kualami dalam kehidupanku?
           Suatu sore pertanyaanku terjawab. Selepas kuliah hari Jumat aku hendak pulang kampung karena aku kuliah di luar kota. Di salah satu sudut perempatan jalan di mana aku biasa menunggu bus aku melihat ada beberapa orang yang  juga menunggu bus berdiri di situ. Di sampingku ada seorang ibu dengan pakaian rapi. Sepertinya beliau seorang pegawai kantor. Iseng saja ibu itu menanyakan jurusan bus yang akan aku naiki. Aku menjawab akan pergi ke Prambanan. Ternyata ibu itu akan pergi ke Klaten, jadi bus yang kami tunggu sama karena searah. Sambil menunggu bus kami pun terlibat pembicaraan lebih jauh sampai kuketahui bahwa beliau juga seorang Katolik. Dalam hati aku teringat kisah Romo hari Minggu kemarin. Aku pun sedikit berharap kisah itu akan terulang padaku.
Akhirnya bus yang kami tunggu datang juga. Kami segera naik dan duduk di kursi yang bersebelahan. Selama perjalanan kami terus ngobrol. Ternyata ibu itu adalah seorang guru SMP. Beliau banyak berkeluh kesah tentang beratnya syarat sertifikasi guru yang sedang dijalani. Aku pun mendengarkannya dengan setia sambil sesekali memberi tanggapan ringan. Saat kondektur menagih ongkos, dengan cepat ibu itu menyerahkan uang kepadanya. “Klaten dan Prambanan,” kata ibu itu. Ups! Beliau membayar ongkosku? Padahal kami belum kenal sebelumnya. Benarkah cerita Romo itu terulang padaku? Aku sedikit tidak percaya. Setelah itu aku mengucapkan terima kasih. Pembicaraan pun terus berlanjut sampai akhirnya beliau turun.
Aku tidak akan melupakan kisah ini. Kisah dari homili Romo yang terulang padaku dalam versi lain. Aku benar-benar mengalami sendiri kebaikan hati saudara seiman walaupun kami belum saling mengenal. Lebih dari itu, ibu guru tadi juga sempat menawarkan pekerjaan bagiku sebagai guru matematika di sekolahnya. Namun, karena kuliahku lain jurusan dan tidak menguasai matematika aku tidak bisa menerima tawaran itu. Ah, sungguh kisah yang indah untuk dikenang... Terima kasih, Tuhan :)

MY GUARDIAN ANGEL

Sejak kecil aku sudah menjadi Katolik, tetapi aku tak pernah tahu siapa itu malaikat pelindung karena tak pernah ada orang di sekitarku yang menceritakannya atau sekedar membicarakannya. Baru awal tahun 2008 saat sedang browsing internet secara tidak sengaja aku membaca artikel tentang malaikat pelindung di situs yesaya.indocell.net. Di sana ditulis panjang lebar mengenai siapa itu malaikat pelindung, tugas-tugasnya, dan sebagainya. Lalu pada artikel itu juga memuat Doa Malaikat Pelindung.

Aku menyimpan copy Doa Malaikat Pelindung tersebut dan menge-print-nya. Setiap hari setelah membaca renungan pagi aku selalu mendoakannya. Hari demi hari pun berlalu hingga suatu malam aku menemukan sebuah keajaiban. Sebuah mujizat terjadi padaku.
Saat itu aku berada di tahun ke-5 kuliahku di jurusan Biologi. Sungguh, suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi mahasiswa S1 seperti aku. Aku sudah melewati target rata-rata lulus yaitu 4 tahun kuliah. Bukan karena IPK-ku jelek, tetapi karena skripsiku yang bermasalah. Skripsi sudah mulai kukerjakan di tahun 2007. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi entah mengapa selalu saja ada kendala dalam menyelesaikannya. Aku pun jatuh dalam titik jenuh, stres, dan mulai putus asa.
Malam itu, Senin, 3 Maret 2008 pukul 21.56 WIB. Pikiranku begitu gelisah memikirkan skripsiku yang tak kunjung menemukan titik terang penyelesaiannya. Aku mulai goyah dan tergoda untuk mundur saja dari perjuangan melelahkan ini. Kuambil diary-ku dan kucoret-coret sesuka hati. Kutumpahkan segala rasa sedih dan  putus asa di sana. Setelah menulis 1 halaman aku membuka halaman ke-2. Tiba-tiba pikiranku sekonyong-konyong menjadi kosong. Entah mengapa aku tidak bisa memikirkan hal apapun juga. Anehnya, tanganku terus bergerak memegangi pulpen dan terus menulis di atas diary-ku!
Setelah menulis sebanyak dua per tiga halaman di halaman kedua diary-ku, secara tiba-tiba pula aku tersentak dan tersadar. Pikiranku seperti pulang dari suatu “perjalanan jauh”, tetapi aku tidak mengerti apa-apa. Rasanya linglung...bingung. Aku pun terheran-heran dan bertanya-tanya dalam hati. Apa yang baru saja aku kerjakan?
Aku seperti tidak percaya saat membaca tulisan di halaman kedua diary-ku. Siapa yang menulis? Pikiranku kosong, tetapi di sana ada tulisan yang jelas-jelas bukan dari hasil pikiranku! Tulisan itu memberiku penghiburan dan semangat untuk terus maju menyelesaikan skripsiku. Hatiku berkobar-kobar saat membacanya. Mataku benar-benar terbelalak dan jantungku berdegup kencang ketika membaca tulisan di baris paling bawah...”SALAM SAYANG...MALAIKAT PELINDUNGMU...”!!!

Ini diary bersejarahku.
Pada bagian yang kutandai tanda kurung tebal itulah
tulisan tanganku yang diilhami oleh malaikat pelindungku

Berikut ini kutipan tulisan itu:

"Tuhan sedang menjawab doamu, Nak! Tuhan ada di balik semua kesulitan ini, menempamu supaya menjadi besi yang berharga...membentuk tanah liat menjadi bejana yang indah...Kenapa kau terus mempertanyakan cintaNya? Ini cintaNya! Salib ini adalah cintaNya! Kau dipilih Allah. Kau dipanggil Allah untuk disiapkan menjadi manusia yang sempurna, berkarakter Kristus. Biologi adalah panggilanmu saat ini. Jangan berlari! Akan ada waktu nanti untuk memuaskan hati. Di sini Allah sedang membentukmu menjadi cantik...secantik bidadari. Kau tidak salah langkah. Allah menuntunmu. Kau dituntun Allah menuju jalanNya, jalan keselamatan. Jangan stres, jangan panik, jangan sedih! Lalui semua ini! Dalam Dia ada penyelesaian segala perkara. Ok? >_* Salam sayang...Malaikat Pelindungmu...”

 Kejadian itu membuatku percaya bahwa malaikat pelindung itu benar-benar ada. Sejak saat itu aku jadi bersemangat mengerjakan skripsiku dan akhirnya aku bisa lulus di tahun 2009. Selain itu, aku pun makin rajin mendoakan Doa Malaikat Pelindung. Sebagai hasilnya, hatiku menjadi lebih peka dan terarah. Setiap saat dalam hatiku aku mendengar suara malaikat pelindungku yang menasehati, menghibur, serta membimbing langkahku. Terima kasih, Malaikat Pelindungku...(Oya, sampai sekarang lembaran diary itu masih aku simpan rapi. Sampai kapanpun aku takkan melupakan tulisan malaikat pelindungku ^_^)

Senin, 17 Oktober 2011

MELALUI EKARISTI DIBEBASKAN DARI KUASA GELAP

          Sejak lama aku ingin sekali rekreasi ke Taman Sari Jogja. Akhirnya keinginan itu terpenuhi juga. Pada tanggal 2 Januari 2011 aku dan rombongan mengadakan rekreasi ke sana. Tempat itu memang benar-benar memukau. Ada pemandian putri raja, istana air, taman, dan masjid bawah tanah dengan arsitektur yang sangat indah yang dibangun sejak berabad-abad lalu. Sejauh mata memandang aku hanya bisa berdecak kagum. Namun, kekaguman itu bercampur dengan perasaan tidak nyaman yang timbul dalam hatiku. Nuansa mistik di tempat itu terasa sangat kental di setiap sudut bangunan.
          Sepulang dari sana aku merasa ada yang tidak beres dalam diriku. Aku merasa ada aura gelap yang terus membayangiku. Selain itu, aku merasakan ada “sesuatu” yang membebani bahu kananku. Setiap hari selama beberapa hari aku melakukan Doa Rosario untuk memohon pertolongan Bunda Maria agar dibebaskan dari kuasa gelap yang membayangiku itu. Hari berganti hari hatiku merasa makin tenang, tetapi “sesuatu” yang membebani bahu kananku itu terasa masih ada.
          Pada Jumat sore, 7 Januari 2011, aku pergi mengikuti Misa Jumat Pertama seperti bulan-bulan sebelumnya. Sepanjang misa aku terus berdoa memohon agar dibebaskan dari kuasa gelap itu. Saat menerima hosti aku merasa ada keanehan yang kualami. Hosti yang aku terima tersebut terasa panas di tenggorokanku, kemudian menjalar ke sepanjang saluran cerna, perut, dan akhirnya seluruh tubuhku. Selama beberapa menit keadaan tersebut benar-benar menggangguku, tetapi kemudian rasa panas itu tiba-tiba menghilang dengan sendirinya. Akupun pulang dari gereja dengan membawa tanda tanya di kepalaku.
          Satu hari kemudian, aku mengikuti misa mingguan. Seperti pada misa sebelumnya, aku masih berdoa agar dilepaskan dari kuasa gelap. Keanehan kembali terjadi. Lagi-lagi hosti yang aku terima terasa panas di tenggorokan, sepanjang saluran cerna, perut, dan seluruh tubuhku, serta rasa panas itu menghilang dengan sendirinya beberapa menit kemudian. Namun, setelah itu aku merasa seperti dibebaskan. Tubuhku terasa ringan, hatiku terang dan tenang. Aku merasa tidak ada aura gelap yang membayangiku lagi. Pada misa-misa berikutnya aku tidak merasakan panasnya hosti lagi. Semua berjalan seperti biasa.
Dari kejadian itu barulah aku sadar kenapa hosti terasa panas waktu aku telan. Mungkin saat itu terjadi semacam proses pembersihan dalam diriku. Dengan kuasaNya yang besar Tuhan Yesus mematahkan dan mengalahkan kuasa gelap yang menyelimutiku. Aku semakin percaya bahwa Tuhan Yesus benar-benar hadir melalui hosti kudus yang aku terima. Terima kasih, Tuhan ^_^

MENGALAMI JAMAHAN YESUS SETELAH EKARISTI

Jumat sore, 5 Februari 2010, seperti biasa aku mengikuti Misa Jumat Pertama di gereja. Seperti biasa pula aku duduk di deretan bangku bagian tengah (favoritku!). Saat itu aku sedang memiliki setumpuk permasalahan dalam hidupku. Aku merasa beban hidupku begitu berat dan seolah tak sanggup lagi untuk memikulnya. Di sepanjang misa aku mendoakan masalah-masalahku itu, sebab aku ingat kata-kata Tuhan Yesus “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu(Matius 11:28).

Misa Jumat Pertama selalu diakhiri dengan Adorasi Sakramen Maha Kudus. Setelah adorasi seperti biasa aku tinggal beberapa lama untuk berdoa di depan Sakramen Maha Kudus. Dengan hati yang remuk, pikiran yang berat, dan putus asa yang membayang kuucapkan segala keluh kesah dalam hati bersama air mata yang terus mengalir di pipiku.

Saat aku kehabisan kata-kata, aku masih tetap dalam doaku. Aku hanya diam, mata terpejam, dan menangis. Tiba-tiba dalam keheningan jiwa aku mendengar Seorang Pria terus berkata-kata memberikan penghiburan kepadaku. Suara itu bergerak dari altar di mana Sakramen Maha Kudus ditahtakan, melayang-layang di atas bangku-bangku kosong di depanku, mendekatiku, dan akhirnya berhenti di samping kananku. Aku merasakan ada Seorang Pria duduk di samping kananku...sangat dekat...semakin dekat...dan tiba-tiba Dia memelukku. Aku mendengar suara di telinga kananku dengan sangat jelas,” JANGAN TAKUT! AKU DI SINI MENEMANIMU”. Aku terperanjat. Kubuka mataku dan kulihat sekelilingku. Tidak ada siapa-siapa di sampingku! Yang kulihat hanya ada seorang nenek dan suster yang sedang berdoa berada jauh di bangku depan dekat altar. Aku menjadi gelisah tidak menentu. Siapakah Pria tadi?? Aku merasa kehadiran Orang itu benar-benar nyata di sampingku.

            Aku melanjutkan doaku. Dari situ aku mendapat jawaban bahwa Pria itu adalah YESUS!! Oh, benarkah itu?? Benarkah Tuhan Yesus menjamahku? Dia berkenan datang kepadaku yang hina dina ini? Sungguh Tuhan, aku tidak layak Engkau datangi..namun, Engkau sendiri yang berkenan mendatangiku. Tiba-tiba ada sukacita, damai sejahtera, kelegaan luar biasa dalam hatiku. Sungguh, tak bisa kuungkapkan semua perasaanku saat itu.

” JANGAN TAKUT! AKU DI SINI MENEMANIMU
         
          Begitu pulang dari gereja masalah-masalahku memang belum selesai, tapi hatiku terasa ringan dan tak ada beban. Yang menghiasi hatiku adalah sukacita dan semangat yang menyala-nyala. Ini kesaksianku, aku mengalami sendiri janjiNya dalam Matius 11:28. Sejak saat itu aku semakin rajin mengikuti Misa Jumat Pertama. Tuhan Yesus, terima kasih...dan aku percaya Engkau selalu menemaniku..

Sabtu, 08 Oktober 2011

AYAT-AYAT CINTA

  • Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Matius 11:28)
  • Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, bertekunlah dalam doa (Roma 12:12)
  • Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:16-18)
  • Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan (Matius 26:41) 
  • Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7) 
  • Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6)
  • Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu (Amsal 16:3)
  • Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3:5-6)
  • Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
  • Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33) 
  • Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir (Pengkhotbah 3:11)
  • Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1)
  • Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban (2 Timotius 1:7)
  • Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya (Ibrani 10:35)  
  • Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yakobus 1:21)
  • Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yakobus 4:17)  
  • Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
  • Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga (Pengkhotbah 9:10) 

Kamis, 06 Oktober 2011

YESUS DATANG MENYELAMATKAN


Seorang penginjil berkhotbah bahwa kiamat sudah dekat. Bila tiba waktunya, Tuhan Yesus akan datang menjemputnya. Suatu ketika hujan deras tiga hari tiga malam dan banjir, umat datang membawa truk besar dan tinggi ke tempat penginjil mengajaknya mengungsi. Ditolak sebab yakin Yesus akan datang menolong.
Air semakin tinggi. Ada sampan datang menawarkan untuk keluar dari rumah dan mengungsi. Ia menolak lagi. Tetapi ia tetap yakin Yesus datang menolong.
Akhirnya rumahnya terendam air, ia naik ke atas loteng dan datanglah helikopter untuk menyelamatkannya. Ia menolak. Lotengnyapun terendam air dan matilah ia.
Di hadapan Yesus, ia marah mengapa ia tidak datang menjemputnya sebagaimana janjiNya. Yesus menjawab, " Aku sudah datang tiga kali untuk menyelamatkan kamu, tetapi kamu menolak Aku!"
(dikutip dari Satu Perjamuan Satu Jemaat edisi Oktober 2011)

YESUS TIDAK MELULU HADIR LEWAT MUJIZAT-MUJIZAT YANG AJAIB, TETAPI YESUS JUGA HADIR LEWAT ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA. SEMOGA SEMAKIN HARI KITA SEMAKIN PEDULI DAN MENGASIHI SESAMA. GBU ^_^