Rabu, 02 November 2011

CERITA YANG TERULANG

Seperti biasa setiap hari Minggu pagi aku selalu pergi ke gereja untuk mengikuti Misa Kudus. Pada suatu hari Minggu aku mendengar homili dari Romo yang menceritakan pengalaman pribadinya tentang kasih saudara seiman. Kurang lebih seperti ini cerita beliau.
Suatu hari Romo pergi makan siang di suatu restoran. Karena meja-meja di sana penuh, maka Romo duduk semeja dengan beberapa orang yang tampaknya seperti sebuah keluarga. Sambil menunggu penyajian makanan yang dipesan, Romo pun berbincang-bincang dengan beberapa orang yang ada di hadapannya itu. Dari pembicaraan tersebut diketahui bahwa beberapa orang tersebut memeluk agama Katolik. Mereka pun berkenalan. Pembicaraan menjadi semakin dalam dan hangat.
Ketika makanan telah tersaji mereka pun menghentikan pembicaraan dan segera menyantap makanan masing-masing. Keluarga itu selesai lebih dulu dan mereka mohon pamit pada Romo. Setelah Romo selesai makan beliau menuju meja kasir untuk membayar makanannya. Namun, ketika hendak membayar kasir itu mengatakan bahwa makanan yang dimakan Romo sudah dibayar oleh orang-orang yang semeja dengan Romo tadi. Romo begitu bersyukur, tapi sayang tidak bisa mengucapkan terima kasih pada orang-orang tersebut karena mereka sudah meninggalkan restoran lebih dulu.
Aku mendengarkan baik-baik kisah Romo itu dan selalu terngiang-ngiang. Dalam hatiku muncul sebersit keraguan. Apakah mungkin saudara seiman cenderung berbuat baik padahal belum saling mengenal? Mungkinkah kisah Romo itu dapat kualami dalam kehidupanku?
           Suatu sore pertanyaanku terjawab. Selepas kuliah hari Jumat aku hendak pulang kampung karena aku kuliah di luar kota. Di salah satu sudut perempatan jalan di mana aku biasa menunggu bus aku melihat ada beberapa orang yang  juga menunggu bus berdiri di situ. Di sampingku ada seorang ibu dengan pakaian rapi. Sepertinya beliau seorang pegawai kantor. Iseng saja ibu itu menanyakan jurusan bus yang akan aku naiki. Aku menjawab akan pergi ke Prambanan. Ternyata ibu itu akan pergi ke Klaten, jadi bus yang kami tunggu sama karena searah. Sambil menunggu bus kami pun terlibat pembicaraan lebih jauh sampai kuketahui bahwa beliau juga seorang Katolik. Dalam hati aku teringat kisah Romo hari Minggu kemarin. Aku pun sedikit berharap kisah itu akan terulang padaku.
Akhirnya bus yang kami tunggu datang juga. Kami segera naik dan duduk di kursi yang bersebelahan. Selama perjalanan kami terus ngobrol. Ternyata ibu itu adalah seorang guru SMP. Beliau banyak berkeluh kesah tentang beratnya syarat sertifikasi guru yang sedang dijalani. Aku pun mendengarkannya dengan setia sambil sesekali memberi tanggapan ringan. Saat kondektur menagih ongkos, dengan cepat ibu itu menyerahkan uang kepadanya. “Klaten dan Prambanan,” kata ibu itu. Ups! Beliau membayar ongkosku? Padahal kami belum kenal sebelumnya. Benarkah cerita Romo itu terulang padaku? Aku sedikit tidak percaya. Setelah itu aku mengucapkan terima kasih. Pembicaraan pun terus berlanjut sampai akhirnya beliau turun.
Aku tidak akan melupakan kisah ini. Kisah dari homili Romo yang terulang padaku dalam versi lain. Aku benar-benar mengalami sendiri kebaikan hati saudara seiman walaupun kami belum saling mengenal. Lebih dari itu, ibu guru tadi juga sempat menawarkan pekerjaan bagiku sebagai guru matematika di sekolahnya. Namun, karena kuliahku lain jurusan dan tidak menguasai matematika aku tidak bisa menerima tawaran itu. Ah, sungguh kisah yang indah untuk dikenang... Terima kasih, Tuhan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar