Beberapa hari yang lalu tiba-tiba
aku merasakan rasa sakit di bahu kananku. Semula aku berpikir,” Ah,
paling-paling hanya akibat masuk angin biasa” dan seperi biasanya aku mengambil
balsam serta uang logam bekas lalu kerikan. Memang hasilnya kulitku jadi merah
kehitaman, tetapi rasa sakit itu hanya berkurang sedikit sekali. Padahal biasanya
kalau sudah dikeriki rasa sakitnya hilang. Lalu aku mencoba mengoleskan minyak
angin beberapa kali. Rasa sakitnya hilang tetapi hanya sementara, setelah itu
muncul lagi. Lalu aku oles lagi, sembuh tapi kambuh lagi.
Hari berikutnya aku mencoba cara
lain, yaitu menempelkan koyo. Pertama, dua koyo sekaligus aku tempel di bahu
kananku. Namun rasa sakitnya hanya berkurang sedikit. Lalu aku lepas dan tempel
lagi koyo baru di tempat yang sama. Lagi-lagi rasa sakitnya hanya berkurang
sedikit. Akhirnya selama beberapa hari aku tempel-lepas-tempel-lepas koyo
sampai habis satu kemasan berisi 10 lembar. Akan tetapi, hasilnya nihil. Rasa
sakit hanya menghilang saat koyo ditempel dan muncul lagi saat dilepas. Justru
kulit ariku mengelupas, menjadi kemerahan, dan terasa perih akibat rasa panas
dari koyo yang kutempel terus setiap hari itu.
Aku mulai resah karena
gerakanku jadi tidak bebas. Aku tidak kuat mengangkat benda-benda yang agak
berat. Jangankan mengangkat benda, untuk bergerak ke atas dan ke samping saja
rasanya sakit. Padahal itu tangan kanan, tangan yang sangat vital untuk
mendukung aktivitasku. Tapi aku tidak menyerah, setelah kulitku tidak perih
lagi aku sekali lagi mencoba mengerikinya lagi. Dan lagi-lagi rasa sakit hanya
hilang untuk sementara. Lalu aku mencoba memijatnya. Namun, hasilnya sama saja.
Keluargaku menasehatiku agar
minum obat analgesik, tetapi aku sudah terlalu sering minum analgesik saat
pusing, sakit gigi, atau migren. Aku takut jika kelak ada efek yang tidak baik bagi
ginjalku di kemudian hari. Mereka pun menyarankanku pergi ke dokter. Ya, apa
boleh buat ... aku sudah kehabisan cara, akupun menyanggupinya tetapi dengan
syarat aku mau menuntaskan pengobatan gigiku dulu agar tidak terjadi overlap
obat karena saat itu aku sedang proses cabut beberapa gigi yang bermasalah. (Bandel
sekali ya aku ini?)
Rasanya sangat menyiksa saat
menjalani hari-hari dengan bahu kanan yang sakit. Sebenarnya sakit apa aku ini?
Aku mulai membayangkan jangan-jangan aku kena radang sendi atau tulangku geser ...
membayangkan diriku di-rontgen ... membayangkan jarum suntik dokter yang
menyakitkan ... membayangkan tanganku digendong ... aduh, aku jadi takut!
Namun, aku sudah bertekad setelah program cabut gigiku selesai dan obatnya
sudah habis aku akan memeriksakan bahuku ke dokter.
Hari Minggu, 23 Juni 2013
kemarin aku pergi ke gereja sambil menahan rasa sakit jika mengangkat tangan
agak tinggi. Dengan hati yang tenang dan khidmat aku mengikuti setiap tahapan
Ekaristi. Saat itu homili Romo tentang siapakah Yesus bagi kita. Ketika Romo
berkata, ”Apabila Yesus bertanya kepada Anda ‘Siapakah Aku ini?’ apa jawaban
Anda? Jawaban Anda pasti tidak sama. Anda akan menjawab berdasarkan pengalaman Anda
masing-masing dan seberapa dekat Anda dengan Yesus”. Dalam hati aku berkata, “Tuhan
Yesus adalah Penyelamat dan Sahabatku”.
Sebelum membagikan komuni Romo
mengajak seluruh umat yang hadir untuk hening sejenak, menyebutkan penyakit
yang sedang diderita di dalam hati, dan meminta Yesus untuk menyembuhkan
penyakit itu. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang hanya sekitar 1 - 2
menit ini. Kusebutkan secara rinci semua penyakit, baik yang sedang kuderita (rasa
sakit di bahuku) maupun penyakit-penyakit kambuhan lainnya. Aku mengimaninya.
Aku percaya Tuhan Yesus yang hadir melalui roti dan anggur akan menyembuhkanku.
Lalu kuterima hosti itu. Tetapi, kenapa tidak ada reaksi? Bahkan, sampai
Ekaristi selesai tetap tidak ada reaksi. Bahuku tetap sakit. Aku sedikit
kecewa, tetapi apa boleh buat mungkin Tuhan berkehendak lain.
Sesampainya di rumah bahuku
tetap terasa sakit. Siang harinya aku tidur siang. Ketika bangun tidur
tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh dari tangan kananku. Ajaib! Tanganku
terasa sangat ringan dan bisa digerakkan dengan leluasa ke atas, ke bawah, ke
samping, berputar-putar. Tidak ada rasa sakit lagi. Aku sembuh! Karena begitu
bahagia, aku lari berjingkrak-jingkrak di dalam rumah sambil menggerak-gerakkan
tangan (Haha ... mungkin sudah terlihat mirip orang gila!) dan menceritakan
kejadian itu pada keluargaku.
Aku sembuh padahal aku belum
pergi ke dokter dan tidak minum obat. Aku percaya Tuhan telah menjamahku saat
Ekaristi pagi itu dan menyembuhkanku sore harinya. Saat pertanyaan ‘Siapakah
Aku ini?’ muncul kembali dalam hatiku, aku menambahkan 1 peran lagi sehingga
aku menjawab, “Tuhan Yesus adalah
Penyelamat, Sahabat, dan Dokter bagiku”. Terima kasih, Tuhan ...
Ya Tuhan, saya tidak pantas
Tuhan datang pada saya,
tetapi bersabdalah saja maka saya
akan sembuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar