Rabu, 26 Juni 2013

TUHAN MENYEMBUHKANKU (LAGI) MELALUI EKARISTI


Beberapa hari yang lalu tiba-tiba aku merasakan rasa sakit di bahu kananku. Semula aku berpikir,” Ah, paling-paling hanya akibat masuk angin biasa” dan seperi biasanya aku mengambil balsam serta uang logam bekas lalu kerikan. Memang hasilnya kulitku jadi merah kehitaman, tetapi rasa sakit itu hanya berkurang sedikit sekali. Padahal biasanya kalau sudah dikeriki rasa sakitnya hilang. Lalu aku mencoba mengoleskan minyak angin beberapa kali. Rasa sakitnya hilang tetapi hanya sementara, setelah itu muncul lagi. Lalu aku oles lagi, sembuh tapi kambuh lagi.
Hari berikutnya aku mencoba cara lain, yaitu menempelkan koyo. Pertama, dua koyo sekaligus aku tempel di bahu kananku. Namun rasa sakitnya hanya berkurang sedikit. Lalu aku lepas dan tempel lagi koyo baru di tempat yang sama. Lagi-lagi rasa sakitnya hanya berkurang sedikit. Akhirnya selama beberapa hari aku tempel-lepas-tempel-lepas koyo sampai habis satu kemasan berisi 10 lembar. Akan tetapi, hasilnya nihil. Rasa sakit hanya menghilang saat koyo ditempel dan muncul lagi saat dilepas. Justru kulit ariku mengelupas, menjadi kemerahan, dan terasa perih akibat rasa panas dari koyo yang kutempel terus setiap hari itu.
Aku mulai resah karena gerakanku jadi tidak bebas. Aku tidak kuat mengangkat benda-benda yang agak berat. Jangankan mengangkat benda, untuk bergerak ke atas dan ke samping saja rasanya sakit. Padahal itu tangan kanan, tangan yang sangat vital untuk mendukung aktivitasku. Tapi aku tidak menyerah, setelah kulitku tidak perih lagi aku sekali lagi mencoba mengerikinya lagi. Dan lagi-lagi rasa sakit hanya hilang untuk sementara. Lalu aku mencoba memijatnya. Namun, hasilnya sama saja.
Keluargaku menasehatiku agar minum obat analgesik, tetapi aku sudah terlalu sering minum analgesik saat pusing, sakit gigi, atau migren. Aku takut jika kelak ada efek yang tidak baik bagi ginjalku di kemudian hari. Mereka pun menyarankanku pergi ke dokter. Ya, apa boleh buat ... aku sudah kehabisan cara, akupun menyanggupinya tetapi dengan syarat aku mau menuntaskan pengobatan gigiku dulu agar tidak terjadi overlap obat karena saat itu aku sedang proses cabut beberapa gigi yang bermasalah. (Bandel sekali ya aku ini?)
Rasanya sangat menyiksa saat menjalani hari-hari dengan bahu kanan yang sakit. Sebenarnya sakit apa aku ini? Aku mulai membayangkan jangan-jangan aku kena radang sendi atau tulangku geser ... membayangkan diriku di-rontgen ... membayangkan jarum suntik dokter yang menyakitkan ... membayangkan tanganku digendong ... aduh, aku jadi takut! Namun, aku sudah bertekad setelah program cabut gigiku selesai dan obatnya sudah habis aku akan memeriksakan bahuku ke dokter.
Hari Minggu, 23 Juni 2013 kemarin aku pergi ke gereja sambil menahan rasa sakit jika mengangkat tangan agak tinggi. Dengan hati yang tenang dan khidmat aku mengikuti setiap tahapan Ekaristi. Saat itu homili Romo tentang siapakah Yesus bagi kita. Ketika Romo berkata, ”Apabila Yesus bertanya kepada Anda ‘Siapakah Aku ini?’ apa jawaban Anda? Jawaban Anda pasti tidak sama. Anda akan menjawab berdasarkan pengalaman Anda masing-masing dan seberapa dekat Anda dengan Yesus”. Dalam hati aku berkata, “Tuhan Yesus adalah Penyelamat dan Sahabatku”.
Sebelum membagikan komuni Romo mengajak seluruh umat yang hadir untuk hening sejenak, menyebutkan penyakit yang sedang diderita di dalam hati, dan meminta Yesus untuk menyembuhkan penyakit itu. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang hanya sekitar 1 - 2 menit ini. Kusebutkan secara rinci semua penyakit, baik yang sedang kuderita (rasa sakit di bahuku) maupun penyakit-penyakit kambuhan lainnya. Aku mengimaninya. Aku percaya Tuhan Yesus yang hadir melalui roti dan anggur akan menyembuhkanku. Lalu kuterima hosti itu. Tetapi, kenapa tidak ada reaksi? Bahkan, sampai Ekaristi selesai tetap tidak ada reaksi. Bahuku tetap sakit. Aku sedikit kecewa, tetapi apa boleh buat mungkin Tuhan berkehendak lain.
Sesampainya di rumah bahuku tetap terasa sakit. Siang harinya aku tidur siang. Ketika bangun tidur tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh dari tangan kananku. Ajaib! Tanganku terasa sangat ringan dan bisa digerakkan dengan leluasa ke atas, ke bawah, ke samping, berputar-putar. Tidak ada rasa sakit lagi. Aku sembuh! Karena begitu bahagia, aku lari berjingkrak-jingkrak di dalam rumah sambil menggerak-gerakkan tangan (Haha ... mungkin sudah terlihat mirip orang gila!) dan menceritakan kejadian itu pada keluargaku.
Aku sembuh padahal aku belum pergi ke dokter dan tidak minum obat. Aku percaya Tuhan telah menjamahku saat Ekaristi pagi itu dan menyembuhkanku sore harinya. Saat pertanyaan ‘Siapakah Aku ini?’ muncul kembali dalam hatiku, aku menambahkan 1 peran lagi sehingga aku menjawab, “Tuhan Yesus adalah Penyelamat, Sahabat, dan Dokter bagiku”. Terima kasih, Tuhan ...



Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya,

tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh