Selamat malam...
Aku bingung akan menulis apa di sini.
Tiba-tiba saja aku teringat peristiwa beberapa tahun lalu di mana Tuhan sering
berfirman tentang malapetaka bagiku. Aku share saja ya ...
Pada suatu tengah malam, beberapa hari
setelah gempa bumi menimpa Yogya bulan Mei 2006, aku merasakan kepahitan dalam
hatiku. Aku tidak bisa tidur. Lalu aku memutuskan untuk berdoa dan membaca
kitab suci secara acak, asal buka saja, berharap Tuhan menyapaku melalui suatu
ayat. Aku terperanjat ketika suara Tuhan dengan halus menyapaku. KataNya: “Isi
cangkir kehangatan murkaKu takkan kau reguk lagi” (sayang sekali, aku
lupa dari kitab apa dan ayat berapa T.T). Saat itu aku bingung. Namun, karena
baru saja daerahku diterjang ganasnya gempa bumi, maka aku tafsirkan hal itu
sebagai janji bahwa selama sisa hidupku aku takkan mengalami bencana alam lagi.
Ah, tapi apa maksud dan rencana Tuhan aku juga tidak tahu secara pasti.
Peristiwa yang kedua terjadi Minggu, 7
Desember 2008 pukul 02.30. Saat itu hampir sama dengan peristiwa pertama. Aku
sedang sedih, menangis, berdoa, dan membaca kitab suci secara acak. Apa kata
Tuhan waktu itu? Dia berkata :
“Oleh
karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan Allah pada
waktu engkau mendengar firmanNya terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya,
oleh karena engkau merendahkan diri di hadapanKu, mengoyakkan pakaianmu dan
menangis di hadapanKu, Aku pun telah mendengarnya, demikianlah firman Tuhan,
maka sesungguhnya Aku akan mengumpulkan
engkau kepada nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu
dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan
Kudatangkan atas tempat ini dan atas penduduknya...” (2 Tawarikh 34:27-28)
Astaga! Apa yang Tuhan bicarakan? Aku
sungguh tidak mengerti apa maksudNya. Tuhan berbicara seperti itu, padahal aku
meminta petunjuk untuk penyelesaian masalah yang sedang kuhadapi. Firman ini
terasa sangat keras. Lagi-lagi Dia bicara tentang malapetaka. Apakah malapetaka
itu akan terjadi sesudah aku mati kelak? Sampai sekarang aku belum juga
mengerti apa maksud firman ini.
Peristiwa ketiga kualami pada hari
Kamis, 5 Februari 2009 pukul 00.30. Lagi-lagi pikiranku terbelenggu oleh
masalah dan kepahitan. Seperti biasa, ritual yang sama aku lakukan saat itu dan
aku sama sekali tidak mendapat jawaban untuk penyelesaian masalahku. Justru aku
mendengar firman yang bunyinya tidak kalah keras dengan yang sebelumnya.
“Kota-kota yang masih didiami orang
akan menjadi reruntuhan dan tanah itu akan menjadi sunyi sepi; dan kamu akan
mengetahui bahwa Akulah Tuhan” (Yehezkiel
12:20)
Semakin mengerikan bukan? Apakah Tuhan
sedang bicara tentang kiamat? Ataukah sebuah malapetaka besar yang akan menimpa
kota tempat tinggalku dan kota-kota lain? Sampai sekarang aku tidak tahu
jawabannya secara pasti. Atau, mungkin Anda bisa bantu saya untuk menafsirkan
ayat-ayat di atas?***